Grafik Pergerakan Nilai Tukar Dinar

Grafik Pergerakan Nilai Tukar Dinar
sumber: GERAI DINAR

Alasan Fundamental Untuk Memilih Dinar…

1. Dinar emas adalah uang yang digunakan oleh Rasulullah SAW tidak hanya untuk jual beli, tetapi juga untuk penerapan syariah itu sendiri.

a. Nisab zakat yang diukur dengan 20 Dinar atau 200 Dirham.

b. Batasan Hukum potong tangan bagi pencuri batasannya adalah nisab pencuri ¼ Dinar.

c. Diyat atau uang darah [dibebaskan dari hukum qisas (dibunuh)] yang besarannya 1000 Dinar.

Lantas bagaimana kita bisa tahu seseorang menjadi wajib zakat atau malah sebaliknya berhak menerima zakat kalau ukurannya yang berupa Dinar atau Dirham saja kita tidak mengenalnya ?.

2. Fakta di dunia modern ini bahwa uang kertas tidak akan bertahan terlalu lama. Semua uang kertas yang ada di dunia modern ini, tidak ada satupun yang telah membuktikan dirinya bisa survive dalam seratus tahun saja. Bisa jadi nama uangnya masih ada, tetapi jelas daya belinya sangat jauh berbeda dalam rentang waktu tersebut.

Padahal disisi lain ada uang yang daya belinya terbukti tetap lebih dari 1400 tahun yaitu Dinar. Di jaman Rasulullah SAW 1 Dinar cukup untuk membeli kambing, saat inipun 1 Dinar bisa membeli kambing yang baik di Jakarta.

Selengkapnya……..

Grafik Harga Emas Harian - Mingguan - Bulanan -Tahunan

Investasi Emas : Koin Dinar, Emas Lantakan Atau Emas Perhiasan ?

Default value (nilai asal) dari investasi emas tinggi - otomatis nilai emas akan kembali ke nilai yang sesungguhnya – yang memang tinggi.

Default value (nilai) uang kertas, saham, surat berharga mendekati nol , karena kalau ada kegagalan dari pihak yang mengeluarkannya untuk menunaikan kewajibannya –uang kertas, saham dan surat berharga menjadi hanya senilai kayu bakar.

Nah sekarang sama-sama investasi emas, mana yang kita pilih ? Koin Emas, Emas Lantakan atau Perhiasan ?

BACA SELENGKAPNYA...........

Jumat, 20 Maret 2009

Fiat Money, in Extremis , is Accepted by Nobody. ..Gold is Always Accepted…


Alan Greenspan (Chairman dari US Federal Reserve)10 tahun lalu di depan legislative Amerika dalam perdebatan panjang dengan anggota kongres yang cerdas ( Dr. Ron Paul ) – akhirnya ‘bandar’ uang fiat (uang kertas) dunia ini mengakui bahwa bisa jadi dalam kondisi extremis orang tidak mau menerima uang kertas, sebaliknya uang emas akan selalu dapat diterima.


Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 19 March 2009 07:17

Judul tulisan kali ini saya ambilkan dari pernyataan Alan Greenspan 10 tahun lalu di depan legislative Amerika, waktu itu ia adalah Chairman dari US Federal Reserve. Dalam perdebatan panjang dengan anggota kongres yang cerdas ( Dr. Ron Paul ) – akhirnya ‘bandar’ uang fiat (uang kertas) dunia ini mengakui bahwa bisa jadi dalam kondisi extremis orang tidak mau menerima uang kertas, sebaliknya uang emas akan selalu dapat diterima.

Kondisi extremis seperti apa yang dimaksudkan oleh Alan Greenspan ?, yang dia maksudkan adalah kondisi dimana orang mulai tidak percaya dengan uang kertas.

Kondisi ini pula yang nampaknya ada di pemikiran ‘dewa’ ekonom dan futurolog Amerika John Naisbitt ketika dalam bukunya yang terbit tahun lalu Mindset dia menulis bahwa monopoli terakhir yang akan ditinggalkan umat manusia adalah monopoli uang nasional (sekarang uang fiat). Umat manusia akan meninggalkan uang nasionalnya – uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik – dan menggantinya dengan uang private yaitu benda-benda riil yang memiliki nilai intrinsik.
Alan Greenspan maupun John Naisbitt – dua orang yang sangat menguasai bidangnya, tentu tidak membuat pernyataannya secara sembarangan. Kondisi extremis yang mereka ungkapkan pernah terjadi dalam sejarah negeri mereka, dan berpeluang terjadi lagi di zaman modern ini.

Dalam sejarah Amerika pernah terjadi ketika debitur lari-lari mengejar kreditur untuk membayar hutang, tetapi sang kreditur lari menghindar karena tidak mau menerima uang yang hendak dibayarkan oleh debiturnya. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1775 – 1780 ketika uang kertas mereka yang disebut Continental – tidak ada harganya !. Saat itu sampai-sampai ada barber shop yang menggunakan uangnya sebagi wallpaper (penutup tembok) karena uang harganya kurang lebih sama dengan kertas wallpaper.

Kondisi extremis yang diungkapkan oleh Alan Greenspan tersebut diatas memang belum terjadi saat ini, namun symptoms atau gejala-gejalanya sudah nampak. Coba Anda perhatikan grafik harga Dinar pagi ini, mengapa harga Dinar (harga emas) tiba-tiba melonjak tajam dini hari tadi atau sore waktu Amerika ?.

Penyebabnya tak lain adalah keputusan the Fed untuk ‘mencetak uang baru’ dengan membeli US$ 300 Milyar long-terms Treasury Securities dalam beberapa bulan kedepan. Total pembelian securities oleh the Fed tahun ini akan mencapai US$ 1.25 trilyun.

Setiap kali pemerintah suatu negeri mencetak uang melebihi kebutuhan transaksi riilnya, maka uang yang ada di masyarakat otomatis turun nilainya – Ini teori Ibnu Taimiyyah sekitar 800 tahun lalu yang masih sangat valid sampai sekarang.

Pasar yang paham atas makna tindakan the Fed Amerika tersebut diatas, langsung menyadari bahwa uang kertas yang ada ditangan mereka akan terus berkurang dengan cepat nilainya. Mereka kembali berburu emas dalam kepanikannya, karena mereka tahu hanya emas-lah uang yang tidak pernah kehilangan daya beli itu.

Kejadian semalam memang hanya symptom dari kondisi extremis yang bisa saja terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Sama dengan kita ketika menyadari ada gejala penyakit mematikan (misalnya demam berdarah) di tubuh kita, yang hati-hati akan segera periksa ke dokter dan melakukan pencegahan agar gejala penyakit tersebut tidak bener-bener berubah menjadi penyakit yang berakibat fatal.

Yang cuek akan membiarkan gejala yang ada sampai penyakit bener-bener datang, padahal saat itu bisa jadi pengobatan sudah terlambat. Hanya kepada Allah kita mohon perlindungan, Amin.

Read more...

Sabtu, 14 Maret 2009

Sistem Keuangan Porak-poranda dengan Kerugian Triliunan

Bank-bank gelap” menipu investor, nasabah, dan masyarakat, serta menipu sesamanya. Pemodal dibujuk untuk menanamkan dana di perusahaan mereka. Dana dikucurkan kepada siapa saja yang bisa ditubruk tanpa memerhatikan kemampuan pengembalian pinjaman.


Krisis Global
Sabtu, 14 Maret 2009 | 03:07 WIB
Simon Saragih
Memiliki mobil atau rumah tidak harus dengan uang tunai, tetapi bisa dengan mencicil. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama di dunia dengan mengandalkan pembayaran dari gaji. Hanya orang mapan yang bisa membeli segala kebutuhan dengan uang tunai.

Kegiatan mencicil seperti itu berjalan lancar. Tidak terdengar kebangkrutan massal perusahaan keuangan secara global sejak 1930-an. Ada sejumlah kasus kehancuran sistem keuangan di beberapa negara, tetapi tidak memberi efek domino kebangkrutan massal seperti sekarang.

Bukti lain, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan, tak pernah ada pertumbuhan ekonomi dunia yang negatif sejak Depresi Besar 1929.

Paul Krugman dan Joseph E Stiglitz, dua ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi, mengatakan, ada regulasi yang membuat bank dan lembaga keuangan memberi kredit dengan rambu-rambu yang aman. Jika sebagian kredit yang dikucurkan macet, ada perusahaan asuransi yang menjamin kemacetan itu. Jika bank bangkrut sekalian, ada perusahaan penjamin deposito.

Dengan sistem seperti itu, konsumen, nasabah, dan perbankan sama-sama merasa aman dengan kegiatan saling meminjamkan, termasuk kegiatan meminjamkan kepada perusahaan. Dari proses pinjam-meminjam ini terjadilah permintaan, yang menjadi inti pendorong aktivitas perekonomian.

Kegiatan seperti itu buyar untuk sementara. Nasabah dan konsumen tidak dipercaya atau tidak memiliki daya beli sebagian karena sudah dikenai PHK. Bank tidak punya dana, bahkan sudah bangkrut, dan ini terjadi pada bank-bank kaliber dunia, seperti UBS, Citigroup, dan ABN-AMRO yang sudah almarhum.

Ini merembet ke perusahaan dengan anjloknya, misalnya, penjualan mobil buatan General Motors, Ford, Toyota, dan Honda. Hampir semua kategori produk mengalami penurunan penjualan. Sebagian kartu kredit pun kini sudah sekadar kartu yang tak berdaya beli lagi.

Warren Buffett mengatakan, kepercayaan itu pilar dari sistem yang tidak akan jalan tanpa kepercayaan. Ketiadaan kepercayaan itu contagious, menular dan menyebar ke semua sektor dengan daya rusak yang besar.

”Shadow banking”

Mengapa keadaan menjadi kacau? Kegiatan shadow banking, ”bank-bank gelap”, merajalela dalam 25 tahun terakhir. Sebagian ”bank-bank gelap” adalah perpanjangan tangan bank-bank konvensional dan tidak disentuh oleh hukum karena memang tidak diawasi. Regulator ketinggalan kereta.

Michael Hiltzik, kolumnis di harian AS, The Los Angeles Times, pada 12 Maret menulis, terjadi cerita horor dalam sistem keuangan. Walau dikatakan ”bank-bank gelap”, perusahaannya tidak gelap. Lehman Brothers adalah perusahaan AS berusia di atas 150 tahun. Sejumlah bank dan perusahaan besar dan resmi lainnya di AS juga terlibat. AIG, perusahaan asuransi terbesar dunia asal AS, pun sudah mirip ”spekulan”.

Besaran bisnis kegiatan ”bank-bank gelap”, menurut Paul Krugman, sekitar 10 triliun dollar AS, lebih besar dari kegiatan bank-bank konvensional. Mereka menggantikan peran utama bank konvensional dan menjadi saluran utama proses pinjam-meminjam.

”Bank-bank gelap” menipu investor, nasabah, dan masyarakat, serta menipu sesamanya. Pemodal dibujuk untuk menanamkan dana di perusahaan mereka. Dana dikucurkan kepada siapa saja yang bisa ditubruk tanpa memerhatikan kemampuan pengembalian pinjaman. Sekitar 1,2 juta warga di AS, misalnya, bisa mendapat rumah dari kredit, yang tidak didukung pendapatan untuk mencicil di kemudian hari. Walau untung tak ada, eksekutifnya mendapat bonus besar, seperti terjadi pada Merrill Lynch. ”Horrific,” kata Krugman.

Masalah bukan hanya karena kucuran kredit berlebihan tanpa rambu-rambu. ”Bank-bank gelap” itu juga turut serta berspekulasi di bursa. Dana-dana yang mereka dapat dimainkan di bursa. Salah satu yang terkenal adalah dengan mengerek harga komoditas menjadi tinggi, seperti harga kedelai dan minyak, sebagaimana pernah dikatakan Steve Forbes, pemilik majalah Forbes.

Para eksekutif keuangan Wall Street meraup keuntungan pribadi tidak dari keuntungan perusahaan, tetapi menelan dana dengan mengorbankan nasabah. Ini terjadi pada kasus Bernard Madoff, penipuan tunggal terbesar dalam sejarah dengan kerugian 170 miliar dollar AS.

CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon, di New York, pekan ini, mengakui, perilaku seperti itu telah mengacaukan sistem keuangan. CEO HSBC Stephen Green mengakui, etika buruk sistem perbankan telah menjadi sumber kekacauan.

Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, jumlah uang yang lenyap akibat kekacauan di sektor keuangan sekitar 50 triliun dollar AS. Ini termasuk nilai kekayaan dunia yang lenyap akibat kejatuhan indeks-indeks di bursa global, bukan saja di AS.

CEO Blackstone Group LP Stephen Schwarzman, Selasa (10/3) di New York, mengatakan, 45 persen kekayaan dunia rusak akibat krisis kredit global. Jika dunia kehilangan 50 triliun dollar AS dana, bayangkan apa dampaknya untuk dunia dengan besaran produk domestik bruto (PDB) 60 triliun dollar AS?

Bagaimana memulihkan ekonomi dunia, kapan krisis akan selesai. ”Saya hanya bisa mengharapkan agar kita semua mendapatkan keberuntungan,” kata Krugman di National Press Club, Washington, Desember 2008. Pernyataan ini merefleksikan dalamnya persoalan, yang tidak bisa diprediksi kapan dan bagaimana menyelesaikannya

Read more...

Sabtu, 07 Maret 2009

Kapitalisme Ribawi Yang Memakan Dirinya Sendiri…


Erisychthon seorang tukang kayu yang kaya namun sangat serakah. Saking serakahnya, si tukang kayu bahkan berani menebang pohon kesayangan dewa mereka.Karena rasa lapar yang tidak pernah bisa terkenyangkan – maka akhirnya Erisychthon-pun memakan dirinya sendiri.


Written by Muhaimin Iqbal
Saturday, 07 March 2009 05:18

Ada cerita menarik dari Danah Zohar dalam bukunya yang best seller di seluruh dunia Spiritual Capital, yang sangat relevan dengan krisis financial yang melanda dunia saat ini.

Cerita ini sendiri berasal dari Mythology Yunani kuno tentang seorang tukang kayu yang kaya namun sangat serakah bernama Erisychthon. Saking serakahnya, si tukang kayu bahkan berani menebang pohon kesayangan dewa mereka – dimana rakyat Yunani biasa ‘beribadah’ di sekitar pohon tersebut.

Konon sang ‘dewa’ sangat marah atas ditebangnya pohon tersebut, dan dikutuklah Erisychthon untuk tidak pernah kenyang walau apapun telah dimakannya. Maka mulailah Erisychthon memakan apapun yang dijumpainya, toko dan isinya dimakan sampai habis, setelah itu keluarganya juga dimakan sampai habis – sampai tinggal satu-satunya yang ada di sekitar dia, yaitu dirinya sendiri. Karena rasa lapar yang tidak pernah bisa terkenyangkan – maka akhirnya Erisychthon-pun memakan dirinya sendiri.

Betapapun tidak masuk akalnya cerita tersebut, tetapi nampaknya realita yang tidak jauh berbeda sesungguhnya terjadi di dunia financial ribawi jaman modern, sehingga menimbulkan krisis di seluruh dunia sampai saat ini.

Dua hari lalu saya sarapan pagi dengan kawan lama seorang professional senior di lembaga pembiayaan yang sekarang induknya sudah di caplok oleh konglomerasi asing. Karena beliau sedang dalam taraf untuk berhijrah ke jalan yang lebih baik, beliau menceritakan apa yang bertentangan dengan hatinya yang antara lain terkait dengan krisis financial global dewasa ini. Yang diambil contohnya oleh beliau adalah industri otomotif di Amerika.

Dalam pasar yang normal, semestinya keseimbangan antara supply and demand terjadi dengan sendirinya. Produsen akan memproduksi sejumlah barang yang dibutuhkan konsumen, dan konsumen membeli kebutuhannya pada tingkat harga yang wajar sesuai kemampuan dirinya untuk membeli kebutuhan tersebut.

Apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ribawi terhadap keseimbangan supply and demand tersebut ?.

Awalnya dia datang ke produsen mobil dan bilang sama si produsen untuk memproduksi mobil lebih banyak. Nggak punya modal ?, gampang tinggal dipinjami (tentu dengan bunga –karena bunga inilah daya tarik mereka). Nggak ada yang beli ?, gampang, nanti lembaga ribawi tersebut juga yang akan menggarap pembelinya.

Maka kemudian si lembaga ribawi datang ke konsumen (dengan berbagai iklannya), untuk mendorong konsumen membeli mobil yang sudah diproduksi produsen tersebut diatas. Konsumen nggak punya duit ?; gampang pula solusinya – tinggal dipinjami lagi oleh mereka – tentu lagi-lagi dengan bunga karena memang bunga inilah inti bisnisnya.

Keenakan mendapatkan bunga dari produsen dan juga konsumen, membuat lembaga ribawi semakin keranjingan ‘menciptakan’ keseimbangan baru pada supply and demand.

Kalau awal-awalnya yang digarap adalah produsen & konsumen yang credible yang memang mampu memproduksi/membeli barang dan mampu pula mengembalikan hutangnya; maka lama- kelamaan ‘pasar’ yang credible tersebut habis – tinggallah produsen abal-abal dan konsumen yang sebenarnya tidak mampu untuk meminjam dan mengembalikan hutangnya.

Apa yang terjadi kemudian ?, lembaga-lembaga ribawi tersebut mulai kesulitan menagih piutangnya ke para nasabahnya; bukan sepenuhnya salah nasabah sebenarnya – tetapi sebagian besar karena ulah lembaga-lembaga ribawi tersebut sendiri.

Setelah diambang kesulitan financial global yang begitu banyak korbannya, apakah attitude lembaga ribawi ini berubah ?, ternyata tidak. Sejauh pendapatan utama mereka dari bunga – maka mereka akan tetap memburu mangsanya untuk ‘dipinjami’ agar mereka tetap mendapatkan sumber bunga-nya.

Buktinya yang sangat up-to-date malam-malam begini (jam 11 malam ketika saya menulis artikel ini), masih juga ada sms sampai ke hand phone saya yang menawarkan kemudahan dana tunai…..

Hari gini ? ada kemudahan dana tunai ?...apa lagi kalau bukan mereka sedang mengincar kita-kita untuk menjadi sumber pendapatan bunga berikutnya. Kalau orang seperti kitapun sudah habis digarapnya, siapa lagi yang digarap ? mungkin mereka akan mulai memakan dirinya sendiri seperti cerita Erisychthon tersebut diatas….Wallahu A’lam.
Last Updated on Saturday, 07 March 2009 05:26

Read more...

Selasa, 03 Maret 2009

Raksasa-Raksasa Yang Berguguran…

Written by Muhaimin Iqbal
Tuesday, 03 March 2009 07:05
Sinyal belum beresnya system keuangan ribawi di dunia masih terus bermunculan dari hari ke hari. Pasar saham dunia semalam ditutup dengan penurunan yang sangat tajam, DOW turun 4 % menjadi 6763.29 yaitu terendah sejak 12 tahun terakhir.

Harga minyak dunia juga turun lebih dari 10 % dipicu oleh kekawatiran memburuknya ekonomi sehingga konsumsi bahan bakar akan turun. Harga emas-pun turun tetapi tidak sebesar penurunan harga minyak dan komoditi lainnya.

Yang lebih menghebohkan lagi di berita-berita finansial kemarin adalah diumumkannya kerugian AIG – raksasa asuransi dunia – sebesar US$ 61.7 Milyar, suatu angka kerugian korporasi terbesar sepanjang sejarah Amerika.

Bukan hanya kerugian yang selangit ini yang bikin heboh, tetapi juga AIG dituntut oleh mantan salah satu direksi yang juga pemegang sahamnya yaitu Maurice Greenberg. Greenberg menuduh manajemen AIG menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga pemegang saham terbujuk untuk membeli saham tambahan dalam deferred compensation plans. Para pemegang saham ini akhirnya kehilangan seluruh investasinya di AIG setelah kerugian raksasa tersebut terungkap.

Bersamaan dengan hebohnya kerugian AIG; ‘dewa’-nya investasi Amerika Warren Buffet juga membuat heboh pasar investasi dengan surat terbuka ke para pemegang sahamnya. Di antara isi surat terbuka tersebut Buffet mengakui bahwa dirinya telah membuat beberapa langkah bodoh sehingga keuntungan kelompok usaha yang dipimpinnya anjlog 96 % dari tahun sebelumnya.

Krisis kali ini nampaknya lebih besar dampaknya bagi Amerika ketimbang peristiwa WTC 9/11. Ketika peristiwa WTC terjadi, Warren Buffet dengan perusahaannya Berkshire Hathaway relatif tidak terganggu. Saya masih ingat selepas peristiwa WTC ketika saya sebagai eksekutif perusahaan asuransi terbesar di Indonesia, mengalami kesulitan mencari kapasitas penutupan objek risiko terbesar di Indonesia waktu ini (US$ 4.6 Milyar) – Berkshire Hathaway inilah yang akhirnya bisa menutupi kekurangannya.

Bedanya dengan peristiwa WTC 8 tahun lalu adalah kali ini mereka tidak bisa menyalahkan orang lain atas apa yang dialaminya; maka tak kurang dari Warren Buffet harus mengakui kebodohannya secara terbuka.

Dari keruntuhan-keruntuhan raksasa finansial dunia ini, sesungguhnya banyak hal yang negeri Indonesia yang kita cintai ini harus belajar. Bahwa kiblat system keuangan dunia yang selama ini kita contoh – ternyata tidak dapat menjadi contoh.

Mereka mengajarkan ke kita tentang Good Corporate Governance (GCG) bahkan setengah memaksakan pelaksanaannya, ternyata mereka sendiri tidak melaksanaknnya.

Mereka mengajarkan investasi yang prudent, risk management yang canggih – lagi-lagi sekedar teori; para pelaku investasi yang disana sangat disegani sekalipun – juga tidak melaksanakannya.

Kini kesempatan kita untuk bangkit dengan cara kita sendiri; Agama yang oleh Maha Pencipta sendiri sudah dinyatakan sempurna – tentu sangat memadai untuk kita jadikan pegangan. Kalau dalam hal keluar masuk kamar kecil saja ada aturannya di agama ini, tentu dalam hal yang sangat besar seperti pasar, uang , system ekonomi dlsb. pastilah agama ini punya tuntunannya yang sempurna. Tinggal tantangannya adalah bagaimana kita menggali mutiara-mutiara ini dari dasarnya, bukan dari system ekonomi barat yang di cocok-cocokkan dengan system Islam. Wallahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL Licens

Read more...

Investasi Emas, Why Not?

Thursday, May 29th, 2008

Emas dari dulu memang menjadi fenomena yang menarik hati. Memang benar apa yang dilakukan para orang tua jaman dulu yang gemar membeli emas atau tanah dari pada barang lainnya. Karena mereka tahu bahwa harga emas bakal naek terus dari tahun ke tahun. Investasi emas untuk jangka panjang (long term) memang sangat menjanjikan disamping simple juga tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus untuk menjalankannya. Sama halnya dengan investasi tanah. Kendalanya mungkin pada keamanan penyimpanan emas itu sendiri, apakah di simpan di rumah atau di bank (Safe Deposit Box Bank). Perjalanan harga emas dari tahun ke tahun sangat fantastis, tahun 1998 harga emas per gramnya mencapai Rp 25,000,-, tahun 2004 sudah mencapai Rp. 90,000,-, sedangkan sekarang harga per gramnya per tanggal 29 Mei 2008 sudah mencapai Rp. 279,000,-. Memang harga emas belakangan ini sempat naik turun akibat fluktuasi harga minyak dunia. Ya, setidaknya kita perlu jeli untuk memanfaatkan peluang berinvestasi emas mengingat kondisi tersebut.

Kenapa Emas?

TEORI INVESTASI

Jangan Taruh semua Telor dalam satu keranjang. Pastikan investasi anda berada dalam beberapa instrumen invesatsi anda selain tanah, saham, obligasi, dan emas tentunya.

SEJARAH BERKATA

Sejarah membuktikan emas tidak memiliki efek inflasi (ZERO INFLATION EFFECT) dan cendrung stabil dengan nilai yang riil.

TEORI KELANGKAAN (SCARCITY)

Di beberapa negara terjadi penurunan produksi emas, sehingga menimbulkan kelangkaan (scarcity) emas di masyarakat sedangkan permintaan terhadap emas meningkat. Hal ini bisa memicu kenaikan harga emas.

(Ditulis oleh : Gede Suarnaya, dari berbagai sumber)