Minggu, 24 Agustus 2008

Investasi Emas : Koin Dinar, Emas Lantakan Atau Emas Perhiasan ?

Pertanyaan ini sering sekali sampai ke penulis dalam berbagai keempatan, Baik lewat email, kesempatan tanya jawab dalam ceramah atau bahkan banyak sekali pembeli Dinar sebelum mereka mulai membeli – mereka menanyakan dahulu masalah ini.

Ketiga-tiganya tentu memiliki kesamaan karena bahannya memang sama. Kesamaan tersebut terletak pada keunggulan investasi tiga bentuk emas ini yaitu semuanya memiliki nilai nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan dan nilai yang melekat/bawaan pada benda itu (innate). Ketiga keunggulan nilai ini tdak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti saham, surat berharga dan uang kertas.
Default value (nilai asal) dari investasi emas tinggi – kalau tidak ada campur tangan berbagai pihak dengan kepentingannya sendiri-sendiri otomatis nilai emas akan kembali ke nilai yang sesungguhnya – yang memang tinggi.



Sebaliknya default value (nilai) uang kertas, saham, surat berharga mendekati nol , karena kalau ada kegagalan dari pihak yang mengeluarkannya untuk menunaikan kewajibannya –uang kertas, saham dan surat berharga menjadi hanya senilai kayu bakar.



Nah sekarang sama-sama investasi emas, mana yang kita pilih ? Koin Emas, Emas Lantakan atau Perhiasan ? Disini penulis berikan perbandingannya yang semoga objektif sehingga pembaca bisa memilih sendiri - Agar keputusan Anda tidak terpengaruh oleh pendapat penulis – karena kalau pendapat penulis tentu ke Dinar karena inilah yang penulis masyarakatkan.



Kelebihan Dinar :
1. Memiliki sifat unit account ; mudah dijumlahkan dan dibagi. Kalau kita punya 100 Dinar – hari ini mau kita pakai 5 Dinar maka tinggal dilepas yang 5 Dinar dan di simpan yang 95 Dinar.
2. Sangat liquid untuk diperjual belikan karena kemudahan dibagi dan dijumlahkan di atas.
3. Memiliki nilai da’wah tinggi karena sosialisasi Dinar akan mendorong sosialisasi syariat Islam itu sendiri. Nishab Zakat misalnya ditentukan dengan Dinar atau Dirham - umat akan sulit menghitung zakat dengan benar apabila tidak mengetahui Dinar dan Dirham ini.
4. Nilai Jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas internasional; hanya dengan dikurangkan biaya administrasi dan penjualan sekitar 4% dari harga pasar. Jadi kalau sepanjang tahun lalu Dinar mengalami kenaikan 31 %, maka setelah dipotong biaya 4 % tersebut hasil investasi kita masih sekitar 27%.
5. Mudah diperjual belikan sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran.

Kelemahan Dinar :
1. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN 10% (Sesuai KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/KMK.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus dibayar ‘toko emas’ penjual Dinar adalah 2%).
2. Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3% - 5 % dari nilai barang tergantung dari jumlah pesanan.

Kelebihan Emas Lantakan :
1. Tidak terkena PPN
2. Apabila yang kita beli dalam unit 1 kiloan – tidak terkena biaya cetak.
3. Nilai jual kembali tinggi.

Kelemahan Emas Lantakan :
1. Tidak fleksibel; kalau kita simpan emas 1 kg, kemudian kita butuhkan 10 gram untuk keperluan tunai – tidak mudah untuk dipotong. Artinya harus dijual dahulu yang 1 kg, digunakan sebagian tunai – sebagian dibelikan lagi dalam unit yang lebih kecil – maka akan ada kehilangan biaya penjualan/adiminstrasi yang beberapa kali.
2. Kalau yang kita simpan unit kecil seperti unit 1 gram, 5 gram, 10 gram – maka biaya cetaknya akan cukup tinggi.
3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena adanya kendala ukuran. Pengguna yang butuh 100 gram, dia tidak akan tertarik membeli dari pengguna lain yang mempunyai kumpulan 10 gram-an. Pengguna yang akan menjual 100 gram tidak bisa menjual ke dua orang yang masing-masing butuh 50 gram dst.

Kelebihan Emas Perhiasan :
1. Selain untuk investasi, dapat digunakan untuk keperluan lain – dipakai sebagai perhiasan.

Kelemahan Perhaiasn :
1. Biaya produksi tinggi
2. Terkena PPN
3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena kendala model dan ukuran.

Dari perbandingan-perbandingan tersebut, kita bisa memilih sendiri bentuk investasi emas yang mana yang paling tepat untuk kita. Wallahu A'lam.

Labels: Cadangan emas, dinar, Investasi, perhiasan


Minggu, 10 Agustus 2008

Mengapa Uang Kertas Tidak Bisa Dipakai Untuk Perencanaan Financial Jangka Panjang ?

Bagi para perencana finansial, inflasi adalah faktor ketidak pastian terbesar yang paling sulit diatasi. Betapa tidak, di negeri seperti Indonesia Inflasi terburuk (terbesar) dalam sepuluh tahun terakhir pernah mencapai 78% (tahun 1998). Lebih buruk lagi dalam lima puluh tahun terakhir, di Indonesia inflasi pernah benar-benar tidak terkendali dan mencapai angka 650% (tahun 1965). Inflasi yang berarti menurunnya daya beli uang, ternyata tidak hanya di alami oleh mata uang Rupiah, bahkan mata uang dunia yang selama ini dianggap perkasa yaitu Dollar Amerika, daya beli mata uang Dollar Amerika tersebut terhadap emas telah turun tinggal 29 % dalam 8 tahun terakhir, dalam 40 tahun terakhir daya beli Dollar Amerika terhadap emas tinggal 4 % saja !.

Pada umumnya ketika kita merencanakan kebutuhan finansial Kita kedepan, apakah untuk keperluan ‘pensiun’ yang mungkin masih 20-30 tahun lagi, biaya pendidikan anak di perguruan tinggi yang masih belasan tahun lagi, ataupun kebutuhan biaya lain yang sifatnya jangka panjang, Kita memerlukan asumsi inflasi yang Kita akan hadapi – misalnya 10% per tahun. Asumsi kedua adalah hasil investasi dari dana Kita, targetnya tentu selalu diatas angka inflasi tersebut agar pertumbuhan dana Kita tidak kalah cepat dengan kenaikan inflasi. Disinilah problem Kita yaitu menghadapi dua ketidak pastian sekaligus, ketidak pastian inflasi dan ketidak pastian hasil investasi.Contoh konkrit masalah ini saya ambilkan pengalaman seorang kawan dengan asuransi pendidikannya. Kawan ini eksekutif di perusahan telekomunikasi, beliau kecewa berat dengan asuransi pendidikan anaknya yang dibeli tahun 1988. Saat itu ketika anaknya baru lahir, dia membeli produk asuransi pendidikan senilai Rp 22.5 juta yang akan cair pada saat anaknya masuk perguruan tinggi. Saat itu nilai pertanggungan ini sangat besar dan pada tahun-tahun awalnya harus dibayar 20 % dari gaji bulanan dia. Tahun 2006 ketika anaknya masuk ITB dan perlu membayar Rp 45 juta uang pangkal, dana asuransi yang cair ternyata hanya cukup membayar separuh dari uang pangkal tersebut.
Siapa yang salah ? perusahaan asuransi sudah membayar kewajibannya dengan benar, kawan saya juga telah konsisten selalu membayar preminya bertahun-tahun dengan benar. Yang salah tidak lain adalah nilai uang kita yang sangat tidak bisa diandalkan. Nilai pertanggungan Rp 22.5 juta tahun 1988 adalah setara dengan 227 Dinar.; ketika cair tahun 2006, nilai asuransi Rp 22.5 juta tersebut tinggal 32 Dinar ! (kalau uang asuransi tersebut cair pada saat tulisan ini saya buat 1 Muharam 1429 – Rp 22.5 juta hanya setara dengan 19 Dinar !). Bayangkan kalau dari awal teman saya yang sholeh tersebut membeli produk asuransi pendidikan dengan nilai sebesar 227 Dinar*, maka saat cair tahun 2006 nilai 227 Dinar tersebut setara dengan Rp 161 juta (Kalau jumlah Dinar yang sama ditukar ke Rupiahnya saat ini menjadi Rp 261 juta). Uang ini bukan hanya cukup untuk membayar uang pangkal di ITB, tetapi juga masih cukup untuk membelikan anaknya mobil baru untuk kuliah dan membayar seluruh biaya pendidikan sampai anaknya tamat !.
Inilah indahnya kalau produk keuangan jangka panjang dikelola dengan Dinar, mata uang baku yang nilainya tidak pernah terdevaluasi sepanjang jaman....!Note:*Sayangnya produk asuransi pendidikan belum ada yang dibuat dengan nilai Dinar, mudah-mudahan ada perusahaan asuransi jiwa syariah yang mau mengeluarkan produk berbasis Dinar ini - solanya di asuransi kesehatan sudah ada.
posted by M. Iqbal at Thursday, January 10, 2008


Tulisan yang relevan dengan topik di atas, perlu untuk dibaca:
1. Inflasi Yang Menghanguskan Hasil Jerih Payah Kita Bertahun-Tahun…
http://geraidinar.com/2008/01/inflasi-yang-menghanguskan-hasil-jerih.php
2. Bukti Stabilitas Daya Beli Dinar (Emas) dan Dirham (Perak) dari Al-Qur'an dan Al- Hadits
http://geraidinar.com/2008/01/bukti-stabilitas-daya-beli-dinar-emas.php
3. Perencanaan Finansial Berbasis Dinar
http://geraidinar.com/2008/01/perencanaan-finansial-berbasis-dinar.php
4. Bukti Sejarah Keunggulan Mata Uang Dinar Ketika Hidup Se Zaman Dengan Mata Uang Lain
http://geraidinar.com/2007/12/bukti-sejarah-keunggulan-mata-uang.php
5. Bukti Kestabilan Daya Beli Dinar Terhadap Minyak Mentah
http://geraidinar.com/2007/12/bukti-kestabilan-daya-beli-dinar.php

Minggu, 03 Agustus 2008

Manusia Menjadi Kikir karena Tamaknya pada Harta

Q.S. Al 'Adiyat (100:6-11)

Innal insaana li rabbihii lakanuud(un)
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterimakasih kepada Tuhannya,

Wa innahuu 'alaa dzalika lasyahiid(un)
Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

Wa innahu lihubbil khairi la syadid(un)
Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.

Afalaa ya'lamu idzaa bu'siira maa fil qubuur(i)
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

Wa hushshila maa fishshuduur(i)
dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada

Inna rabbahum bihim yauma idzil la khabiir(u)
sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka


Amat Celakalah Penimbun Harta yang Tidak Menafkahkannya di Jalan Allah

Q.S. Al Humazah (104:1-4)

Wailul likulli humazatil lumazah(tin)
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,

Alladzii jama'a maalaw wa'addadah(u)
yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya

Yahsabu anna maalahuu akhladah(u)
dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,

Kallaa layumbadzanna fil huthamah(ti)
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Hutamah

Neraka hutamah adalah api yang disediakan Allah yang dinyalakan, yang naik sampai ke ulu hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. Sedang mereka itu diikat pada tiang yang panjang.

Sebaiknya kita menyimpan emas atau Dinar secukupnya saja, yaitu cukup untuk mengantisipasi masa pensiun, antisipasi menghadapi berbagai musibah, antisipasi kebutuhan keluarga seperti sekolah anak dan antsisipasi untuk warisan secukupnya agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah. Semoga kita terhindar kan dari termasuk golongan penimbun harta yang sangat dilarang agama.