Kamis, 13 November 2008

Orang Sakit Parah Yang Makannya Banyak…

Kalau kita perhatikan pergerakan grafik harga emas harian dalam US$ dan dalam Rupiah di blog ini selama 6 minggu terakhir, banyak sekali kita lihat keanehan –keanehannya.

Grafik hijau dan kuning yang seharusnya berimpit, sering tidak berimpit atau bahkan berlawanan arah. Ambil contoh grafik yang nampak di layar Anda pagi ini (13/11/07 jam 7 pagi), harga emas dunia dalam US$ menukik tajam – tetapi justru naik dalam Rupiah.

Hal ini terjadi tidak lain karena nilai uangnya yang bergerak berlawanan. US $ semakin perkasa, sementara Rupiahnya semakin melemah. Daya beli emasnya sendiri tetap seperti yang sering saya ungkapkan di blog ini.

Pertanyaan awamnya adalah mengapa US$ terus menanjak nilainya ? padahal katanya Amerika-lah pangkal krisis keuangan global ini bermula ?.

Amerika memang sedang krisis berat, bukan hanya sector keuangannya yang luluh lantak tetapi juga sector riilnya yang antri minta pertolongan pemerintah. Justru karena begitu banyaknya yang membutuhkan pertolongan likuiditas, maka begitu banyak pula US$ dibutuhkan di dalam negeri AS.

Uang Dollar dari perbagai penjuru dunia disedot balik ke negaranya memalui obligasi pemerintah dan sejenisnya. Maka kembali pada hukum supply & demand , kalau supply US$ yang ada diperebutkan begitu banyak yang membutuhkan, maka pastilah US$-nya naik.

Sementara uang Rupiah yang dipakai untuk membeli US$ menjadi kedodoran, pagi ini ketika menulis artikel ini saya sempatkan menoleh ke US$ gauge yang ada di sidebar blog ini; angka menunjukkan US$ 1= Rp 12,025. Wow !.

Anda nggak perlu cemas, dari yang saya amati setiap Rupiah jatuh pada perdagangan internasional yang terjadi malam hari waktu Indonesia – besuk paginya otoritas moneter negeri ini akan berjibaku menyelamatkannya. Jadi siang atau sore ini Rupiah insyaallah akan membaik. Lagian siapa yang butuh US Dollar ?.

Fenomena naiknya terus menerus nilai US$ terhadap mata uang lainnya di saat puncak krisis ini, sulit dicerna oleh oleh kebanyakan oran awam kayak kita. Oleh karenanya setiap mendapatkan pertanyaan masalah ini, saya berusaha membuat analogi yang lebih mudah diterima si penanya.

Begini analogi saya yang saya jelaskan kepada orang jawa yang menanyakannya kepada saya.

Di masyarakat tradisional jawa, ada anggapan bahwa kalau ada orang yang lagi sakit parah – biasanya sulit makan tentunya; tetapi kali ini tiba –tiba dia minta makanan tertentu dan makannya sangat banyak. Orang-orang yang melihat ini di jawa akan mulai berfikir bahwa si sakit akan meninggal dunia. Konon orang sakit parah yang makan banyak adalah salah satu pertanda dia akan meninggal dunia.

Demikianlah Ekonomi Amerika, mereka lagi sakit parah dan saat ini sedang makan makanan kesukaannya (US$ ) dengan sangat banyak – sampai menyulitkan orang lain yang membutuhkannya (US$). Konon mereka juga akan ‘meninggal dunia’.

Fenomena akan 'mati'-nya ekonomi Amerika ini terungkap juga dalam The Deal's M&A Outlook 2009 conference di New York kemarin. Salah satu pembicaranya mengungkapkan bahwa dalam 12-18 bulan kedepan, prioritas industri keuangan Amerika bukan lagi urusan strategis atau pertumbuhan - urusan utamanya adalah berjuang dari hari ke hari agar tetap bisa hidup!.

Wallahu A’lam, hanya Allah yang mengetahui ilmu masa depan.

posted by M. Iqbal at 7:25 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar