Written by Muhaimin Iqbal
Friday, 19 March 2010 06:32
Buying Power
Dalam tulisan saya awal pekan ini tentang bagaimana kita bisa mengalahkan inflasi, saya telah memberi gambaran betapa daya beli umat manusia di di seluruh dunia tergerus oleh inflasi yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintahan negerinya masing-masing.
Kalau ada yang masih berpikir bahwa ada uang kertas dunia yang bertahan daya belinya, maka perhatikanlah kinerja uang kertas-uang kertas yang selama ini dipandang kuat di dunia seperti grafik disamping. Daya beli terhadap emas untuk Rupiah misalnya tinggal 20% selama 10 tahun terakhir, bila di awal tahun 2000 Anda bisa membeli emas seberat 1 gram seharga Rp 66,000,- maka kini dengan uang yang sama Anda hanya bisa membeli 0.2 gram emas karena per gramnya kini telah menjadi Rp 330,000,-.
Bukan hanya Rupiah tetapi berbagai mata uang perkasa dunia-pun nasibnya hanya sedikit lebih baik dari Rupiah; dalam kurun waktu 10 tahun yang sama daya beli Poundsterling terhadap emas tinggal 23%, US Dollars tinggal 25%, Yen dan Sing Dollar tinggal 30 % dan Euro tinggal 34 %.
Mengapa emas pembandingnya ?, bukan data inflasi di masing-masing negara ?. Sederhana, di negara maju sekalipun seperti di Amerika yang katanya paling transparan dalam informasi – data inflasi resmi pemerintah negeri itu diragukan oleh rakyatnya sendiri sehingga munculah Shadow Government Statistic misalnya – pemerintah dianggap mempunyai ‘kepentingan’ terhadap data inflasi ini sehingga data yang dikeluarkan bisa jadi bukanlah data yang sebenarnya.
Dilain pihak daya beli emas sudah terbukti stabil selama lebih dari 1,400 tahun - bahwa 4.25 gram emas yang disebut 1 Dinar, selalu cukup untuk membeli satu ekor kambing. Sehingga emas (bersama perak) memang layak sebagai satu-satunya timbangan yang adil dalam bermuamalah seperti yang diungkapkan oleh Imam Ghazali dalam ‘Ihya Ulumuddin sejak 10 abad lalu.
Dengan penurunan daya beli uang kertas seperti tersebut diatas, disadari atau tidak umat manusia akan semakin banyak yang merindukan hadirnya uang yang adil yang nilainya bebas inflasi – meskipun bisa jadi uang ini tidak diakui sebagai uang oleh system moneter yang dianut dunia saat ini.
Bila otoritas-otoritas keuangan dunia menerima kembali uang bernilai intrinsik seperti emas/Dinar atau perak/Dirham , maka urusan pencarian uang baru ini selesai sudah. Tinggal copy paste dari syariah Islam tentang bagaimana penggunaan emas dan perak ini diatur – semuanya sudah komplit dan sudah dijalankan selama lebih dari seribu tahun.
Masyalahnya adalah system keuangan dunia saat ini yang dikomandoi IMF menolak kehadiran uang emas ini, jadi apa kira-kira yang akan terjadi ?. Masyarakat akan semakin tidak mempercayai rezim uang kertas dunia, tetapi uang bernilai intrinsic yang didambakannya terhambat kehadirannya sehingga sulit untuk tersedia secara cukup di masyarakat. Maka kemungkinan besar yang akan terjadi adalah system barter yang akan berkembang.
Dengan berbagai perkembangan teknologi data processing yang semakin cepat dan murah, tidak mustahil system barter nan canggih akan segera tersedia di pasar. Bahkan di negeri tetangga misalnya sudah ada perusahaan yang menawarkan system barter ini untuk transaksi perdagangan business to business. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan ini telah meng-klaim memiliki ratusan ribu customer based dan telah memiliki ‘uang’-nya sendiri yang disebut Barter Trade Credit.
Bila system barter berkembang (ketika uang kertas terus menurun legitimasinya), maka benda-benda riil lah yang berharga dan bukan lagi uang kertas. Dahulu saya sulit memahami mengapa sampai garam-pun disebut dalam Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.
Setelah mempelajari system barter ini, kini saya tahu rupanya tidak ada yang tidak penting dalam setiap benda yang disebut di dalam hadits barter tersebut diatas - jadi bukan hanya emas dan perak yang berharga tetapi garam-pun sangat berharga. Hidup menjadi sungguh hambar tanpa garam – karena makanan yang seharusnya enak-pun menjadi tidak ada rasanya, otak yang seharusnya cerdas menjadi tidak berfungsi (iodium dalam garam juga berfungsi mencerdaskan otak).
Jadi kalau garam-pun bernilai untuk barter, benda-benda lain yang Anda miliki dan peroleh dengan susah payah – tentu bernilai dan bermanfaat untuk Anda. Kalaupun toh Anda sudah tidak membutuhkannya lagi, bisa jadi ada orang lain yang membutuhkannya – mengapa tidak berfikir untuk di barter saja ?. Wa allahu A’lam.
Last Updated on Friday, 19 March 2010 06:49
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Read more...
Alasan Fundamental Untuk Memilih Dinar…
1. Dinar emas adalah uang yang digunakan oleh Rasulullah SAW tidak hanya untuk jual beli, tetapi juga untuk penerapan syariah itu sendiri.
a. Nisab zakat yang diukur dengan 20 Dinar atau 200 Dirham.
b. Batasan Hukum potong tangan bagi pencuri batasannya adalah nisab pencuri ¼ Dinar.
c. Diyat atau uang darah [dibebaskan dari hukum qisas (dibunuh)] yang besarannya 1000 Dinar.
Lantas bagaimana kita bisa tahu seseorang menjadi wajib zakat atau malah sebaliknya berhak menerima zakat kalau ukurannya yang berupa Dinar atau Dirham saja kita tidak mengenalnya ?.
2. Fakta di dunia modern ini bahwa uang kertas tidak akan bertahan terlalu lama. Semua uang kertas yang ada di dunia modern ini, tidak ada satupun yang telah membuktikan dirinya bisa survive dalam seratus tahun saja. Bisa jadi nama uangnya masih ada, tetapi jelas daya belinya sangat jauh berbeda dalam rentang waktu tersebut.
Padahal disisi lain ada uang yang daya belinya terbukti tetap lebih dari 1400 tahun yaitu Dinar. Di jaman Rasulullah SAW 1 Dinar cukup untuk membeli kambing, saat inipun 1 Dinar bisa membeli kambing yang baik di Jakarta.
Grafik Harga Emas Harian - Mingguan - Bulanan -Tahunan
Investasi Emas : Koin Dinar, Emas Lantakan Atau Emas Perhiasan ?
Default value (nilai) uang kertas, saham,
Nah sekarang sama-sama investasi emas, mana yang kita pilih ? Koin Emas, Emas Lantakan atau Perhiasan ?
BACA SELENGKAPNYA...........
Jumat, 19 Maret 2010
Dunia Akan Membutuhkan Uang Baru Atau System Barter Yang Canggih …
Selasa, 16 Maret 2010
Mengalahkan Inflasi, Insyallah Kita Bisa…
Emas atau Dinar terbukti memiliki daya beli relatif stabil sepanjang lebih dari 1,400 tahun; bukan hanya untuk membeli kambing 1 Dinar tetap dapat satu ekor kambing sejak zaman Nabi – sampai sekarang; untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras pun insyallah relatif stabil. Dari data IRRI jika disajikan kembali dalam nilai emas; maka Anda akan bisa lihat bahwa harga beras rata-rata berfluktuasi di sekitar 0.7 oz emas/ ton beras. Ada yang di kisaran 1 oz emas/ton beras, namun ada juga yang di 0.5 oz emas/ton beras.
Perbedaan harga karena jenis/kwalitas ini wajar, karena di barang apapun termasuk di kambing pun juga demikian. Kambing-kambing yang kami pelihara di pesantren Darul Muttaqqiin untuk indukan rata-rata 2 Dinar, bahkan pejantan unggul bisa berharga diatas 10 Dinar. Tetapi secara umum di pasar 1 Dinar akan tetap dapat untuk membeli kambing yang cukup baik.
Demikian pula di beras; ada beras Jepang yang sangat mahal, tetapi dengan 0.7 Oz emas atau sekitar 5 Dinar Anda tetap dapat membeli beras 1 ton di sepanjang masa.
Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 15 March 2010 08:32
Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan inflasi adalah kenaikan harga-harga terhadap barang dan jasa secara umum dalam periode tertentu. Menurut para penganut teori Monetarist, penyebab utama inflasi ini adalah supply uang. Bahkan dalam pandangan Monetarist Economist terkenal Milton Friedman "Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon."
Dalam sistem ekonomi barat ada yang berpendapat bahwa inflasi ini ada positifnya karena antara lain berguna untuk mendorong investasi sektor riil. Ketika inflasi tinggi orang cenderung untuk tidak mempertahan assetnya dalam bentuk uang – tetapi dalam bentuk barang, kebutuhan akan barang inilah yang mengangkat produksi dan memutar ekonomi.
Dalam Islam, produksi sektor riil tidak didorong oleh inflasi tetapi oleh putaran uang yang lebih cepat. Kekayaan bukan untuk ditimbun tetapi berputar ke masyarakat luas – berputar tidak hanya pada yang kaya tetapi juga pada yang miskin. Dalam pandangan Ibnu Taimiyyah, pemerintah yang mencetak fulus melebihi kebutuhan transaksi – dus menyebabkan inflasi – adalah pemerintah yang mendhalimi rakyatnya.
Pandangan Ibnu Taimiyyah inilah yang sebenarnya lebih pas untuk manusia modern di zaman ini sekalipun. Pemerintah-pemerintah dunia akan mampu menjaga kemakmuran rakyatnya bila mereka bisa menurunkan atau bahkan menghilangkan inflasi – kalau saja mereka mau !.
Contoh betapa inflasi menyengsarakan rakyat seluruh dunia dapat Anda lihat pada grafik diatas. Grafik yang saya buat berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Rice Research Institute (IRRI) ini menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir saja, harga beras di dunia telah mengalami kenaikan rata-rata hampir dua kali lipat. Padahal sangat sedikit porsi penduduk dunia yang bisa meningkatkan penghasilannya dua kali lipat dalam periode tersebut.
Artinya, rata-rata penduduk dunia menurun tingkat kemakmurannya – karena penurunan daya beli uangnya ini. Hal ini juga bisa kita rasakan di rumah tangga kita masing-masing. Bisa saja penghasilan kita meningkat dari tahun ketahun, tetapi kok beban hidup tidak terasa lebih ringan ya…?; bila Anda merasakan hal yang sama – sangat bisa jadi ini karena kenaikan penghasilan Anda kalah cepat dengan inflasi terhadap harga-harga kebutuhan pokok Anda.
Yang bisa mengendalikan inflasi ini adalah pemerintah khususnya otoritas moneter; rakyat seperti kita tidak bisa mengendalikan inflasi ini. Meskipun demikian, sebenarnya ada yang bisa dilakukan oleh rakyat seperti kita-kita untuk tidak menjadi korban inflasi ini. Dengan apa kita dapat melakukan ‘perlawanan’ terhadap inflasi ini ?.
Dengan meminimise penggunaan uang yang menjadi penyebab inflasi tersebut. Menurut para penganut paham Monetarist diatas, inflasi kan disebabkan oleh supply uang – ya jangan taruh kekayaan Anda yang kegunaannya bersifat jangka panjang dalam bentuk uang. Bila Mayoritas kekayaan Anda tersimpan dalam nominal mata uang (Rupiah, US$ dlsb), maka daya beli kekayaan Anda tersebut akan terus menurun bersamaan dengan waktu. Bila dalam lima tahun terakhir saja harga beras internasional rata-rata naik dua kali, berarti daya beli uang Anda terhadap beras turun tinggal separuhnya – maka bisa Anda bayangkan bila lima belas tahun dari sekarang Anda pensiun misalnya – maka saat itu daya beli asset Anda bisa jadi sangat tidak memadai untuk kehidupan saat itu.
Dalam situasi inflasi yang sangat tinggi sekalipun (hyper inflasi), harga barang-barang naik relatif bersamaan – maka nilai tukar benda riil yang satu relatif stabil terhadap benda riil yang lain. Artinya bila asset Anda berupa benda riil yang tidak aus atau rusak, maka daya beli asset Anda tersebut insyallah akan relatif stabil. Salah satu benda riil yang tidak aus/rusak , sangat likuid dan statitisk daya belinya terbukti sepanjang zaman adalah Emas atau Dinar.
Emas atau Dinar terbukti memiliki daya beli relatif stabil sepanjang lebih dari 1, 400 tahun; bukan hanya untuk membeli kambing 1 Dinar tetap dapat satu ekor kambing sejak zaman Nabi – sampai sekarang; untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras pun insyallah relatif stabil. Bila data dari IRRI tersebut saya sajikan kembali dalam nilai emas; maka Anda akan bisa lihat pada grafik disamping bahwa harga beras rata-rata berfluktuasi di sekitar 0.7 oz emas/ ton beras. Ada yang di kisaran 1 oz emas/ton beras, namun ada juga yang di 0.5 oz emas/ton beras.
Perbedaan harga karena jenis/kwalitas ini wajar, karena di barang apapun termasuk di kambing pun juga demikian. Kambing-kambing yang kami pelihara di pesantren Darul Muttaqqiin untuk indukan rata-rata 2 Dinar, bahkan pejantan unggul bisa berharga diatas 10 Dinar. Tetapi secara umum di pasar 1 Dinar akan tetap dapat untuk membeli kambing yang cukup baik.
Demikian pula di beras; ada beras Jepang yang sangat mahal, tetapi dengan 0.7 Oz emas atau sekitar 5 Dinar Anda tetap dapat membeli beras 1 ton di sepanjang masa.
Masih ada satu lagi, dalam lima tahun terakhir setelah ditimbang/dinilai dengan emas-pun harga beras tidak menjadi datar – tetapi bergelombang membentuk gelombang sinus; inilah dampak dari naik turunnya harga yang fitrah karena mekanisme pasar supply and demand – bukan lagi faktor inflasi.
Karena inflasi bisa dilawan dengan pertukaran barang yang satu dengan yang lain tanpa menggunakan uang; maka inilah yang melatar belakangi bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba menciptakan system barter modern – seperti juga yang sedang kita kaji dalam Indobarter project. Tidak akan mudah memang, tetapi untuk sesuatu problem yang tidak pernah bisa diatasi oleh pemerintah-pemerintah dunia – yaitu problem inflasi; maka hal yang sulit tersebut cukup menantang untuk dicoba – Insyallah.
Last Updated on Monday, 15 March 2010 09:01
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Read more...
Antara Mekanisme Pasar Yang Fitrah & Inflasi Yang Harus Dicegah…
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga, kertas dlsb.) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Masalahnya sekarang adalah kita hidup dai zaman uang kertas; di seluruh dunia uang kertas inilah yang digunakan – dan tidak ada satu negarapun yang terbukti bisa mengendalikan inflasi. Maka sangat bisa jadi kini zamannya sudah semakin dekat prediksi pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi tahun 1974 Friedrich August Von Hayek, dan juga prediksi ‘dewa’ ekonomi-nya dunia barat John Naisbitt untuk terbukti : masanya uang ‘swasta’ untuk berjaya menggantikan uang nasional.
Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 11 March 2010 08:32
Daily Change
Sudah beberapa hari ini harga emas mengalami penurunan dan puncaknya semalam ketika pasar internasional turun secara significant dari US$ 1,121/Oz ke angka US$ 1,108/Oz. Akibatnya pagi ini harga Dinar kembali turun mendekati angka Rp 1.4 juta lagi. Ini kabar baik bagi kita yang di Indonesia, bahwa uang kita masih bernilai baik – meskipun (mungkin) ini hanya bersifat jangka pendek.
Pada kesempatan ini saya ingin share data harga emas dalam Rupiah yang sudah terkumpul di system kami sejak 14 September 2007. Pada grafik disamping Anda akan lihat pergerakan naik turunnya harga emas harian, yang kurang lebih berimbang antara hari-hari dimana harga emas naik dan hari-hari dimana harga emas turun.
Naik turunnya harga emas harian ini lebih banyak didorong oleh mekanisme pasar yang bekerja secara global; ketika harga tinggi orang banyak yang menjual emasnya sehingga supply meningkat dan akan mendorong harga turun. Demikian pula ketika harga rendah, banyak peminat akan berburu emas sehingga demand meningkat dan harga kembali naik, demikian seterusnya.
Kalau harga emas hanya didorong oleh mekanisme pasar, maka seharusnya angka berfluktuasi pada kisaran nilai tertentu - seperti bandul jam yang berayun di sekitar angka 6. Namun ternyata tidak demikian yang terjadi pada harga emas; diawal system kami mulai mencatat harga emas harian, harga ini berada di kisaran Rp 220,000/gram ; kini harga berada pada kisaran Rp 330,000/gram atau naik sekitar 50% dalam 2.5 tahun terakhir.
Artinya selain mekanisme pasar yang mendorong berayunnya harga emas secara harian tersebut; ada kekuatan lain yang hari demi hari mendorong harga emas keatas. Kekuatan lain ini hanya nampak bila kita lihat dalam rentang waktu yang panjang - kekuatan apa ini ?. Inilah yang namanya inflasi atau penurunan daya beli uang kertas terhadap benda riil yang dalam hal ini diwakili oleh emas.
Naik turunnya harga karena mekanisme pasar ini tidak boleh dicampuri oleh siapapun; bahkan dalam Islam Rasulullah SAW-pun tidak mau mempengaruhi-nya sebagaimana Hadits Ashabus Sunan dengan perawi yang shahih sebagai berikut :
Telah meriwayatkan dari Anas RA., ia berkata :” Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami. Rasulullah SAW lalu menjawab, ‘Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta”.
Sebaliknya dorongan kenaikan harga secara terus menerus yang disebabkan oleh inflasi mata uang kertas, ini tidak boleh terjadi. Penguasa negeri wajib mengendalikan jumlah uang (fulus) yang beredar sehingga rakyat tidak terdhalimi oleh penurunan nilainya. Inilah yang sudah juga diingatkan oleh Ibnu Taimiyyah berikut :
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga, kertas dlsb.) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Masalahnya sekarang adalah kita hidup dai zaman uang kertas; di seluruh dunia uang kertas inilah yang digunakan – dan tidak ada satu negarapun yang terbukti bisa mengendalikan inflasi. Maka sangat bisa jadi kini zamannya sudah semakin dekat prediksi pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi tahun 1974 Friedrich August Von Hayek, dan juga prediksi ‘dewa’ ekonomi-nya dunia barat John Naisbitt untuk terbukti : masanya uang ‘swasta’ untuk berjaya menggantikan uang nasional.
Bila megatrend itu bener-bener terjadi, maka insyallah kita-pun sudah siap untuk menyongsongnya. Semoga Allah selalu menunjuki kita ke JalanNya. Amin.
Last Updated on Thursday, 11 March 2010 08:43
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Read more...
Selasa, 23 Februari 2010
Harga Emas Berpeluang Terus Melejit
lan Heap, Analis Citigroup Inc, mengatakan, Bank Sentral China sudah menjual US Treasury senilai US$ 46 miliar sepanjang November dan Desember 2009. "Mereka pasti akan membeli sesuatu dari dana tersebut.
Ibrahim, Analis Asia Kapitalindo Futures, bilang, jika IMF akan menjual emas, berarti ada yang akan membeli. "Biasanya India dan China. Maka itu, harga emas masih bisa naik," kata dia. Pada tahun ini, Ibrahim meramal, harga emas berpeluang menuju US$ 1.400 per ons troi. Minggu ini, emas bisa US$ 1.150 per ons troy.
INVESTASI
/ Home / Investasi
Selasa, 23 Februari 2010 | 09:22
HARGA KOMODITAS
Harga Emas Berpeluang Terus Melejit
JAKARTA. Pamor emas kian mengkilap. Sampai pukul 20.30 WIB kemarin (22/2), harga kontrak emas pengiriman April 2010 di bursa NYMEX Amerika Serikat naik 0,26% ke US$ 1.125 per ons troi. Jika dihitung sejak awal 2010 hingga kemarin, harga emas sudah melompat 2,5%.
Kebangkitan harga emas dipicu oleh pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) dan belum jelasnya arah pemulihan ekonomi Eropa. Leo Hadi Loe, Country Representative World Gold Council, memperkirakan, harga emas di sepanjang semester pertama 2010 akan berfluktuasi di kisaran US$ 1.000-US$ 1.200 per ons troi. "Jika dilihat sejak Januari 2010, tidak ada lompatan signifikan dari harga emas," kata dia, kemarin.
Dalam jangka pendek, Leo melihat ada sejumlah faktor yang bisa menggerakkan harga emas. Misalnya, rencana Bank Sentral China membeli emas dari Dana Moneter Internasional (IMF). China kemungkinan masih menjadi institusi yang paling banyak memborong emas IMF. "Bank Sentral China tidak puas dengan kinerja surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang mereka genggam, dan mencoba mendiversifikasi asetnya," tutur Alan Heap, Analis Citigroup Inc, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.
Heap bilang, Bank Sentral China sudah menjual US Treasury senilai US$ 46 miliar sepanjang November dan Desember 2009. "Mereka pasti akan membeli sesuatu dari dana tersebut," kata dia. Dan, sesuatu itu kemungkinan adalah emas. Jika ini benar, harga emas bakal terus naik. "Kita akan melihat kenaikan yang pelan dan stabil atas harga emas," ujar Gavin Wendt, Analis Mine Life di Sydney.
Ibrahim, Analis Asia Kapitalindo Futures, bilang, jika IMF akan menjual emas, berarti ada yang akan membeli. "Biasanya India dan China. Maka itu, harga emas masih bisa naik," kata dia. Pada tahun ini, Ibrahim meramal, harga emas berpeluang menuju US$ 1.400 per ons troi. Minggu ini, emas bisa US$ 1.150 per ons troi.
Wahyu Tri Rahmawati
Read more...
Jumat, 05 Februari 2010
Harga Emas Dunia Jatuh, Mengapa…?
Kekawatiran akan likuiditas inilah yang membuat orang memborong US$. Terlepas bahwa US$ sebenarnya juga memiliki masalahnya sendiri – bagaimanapun sampai sekarang US$ masih dianggap sebagai World’s Reserve Currency.
Apakah penurunan ini akan berlanjut ?, untuk sementara mungkin. Tetapi sekian banyak analisa yang saya baca dan analisa saya sendiri – untuk jangka panjang tetap peluang naiknya harga emas lebih tinggi dari peluang menurunnya
Written by Muhaimin Iqbal
Friday, 05 February 2010 08:00
Crisis Stages
Meskipun sudah saya prediksikan dalam serangkaian tulisan pekan ini tanggal 01/02/10 ; 02/02/10 ; 04/02/10 ; penurunan harga emas yang tajam semalam terus terang juga mengejutkan saya sendiri. Memang di tulisan-tulisan tersebut saya estimasikan harga emas dalam jangka pendek bisa turun hingga kisaran US$ 975/Oz; saya sendiri tidak menduga bahwa harga emas bisa turun diatas 4% ke angka US$ 1,057.40 semalam.
Diluar kebiasaan pula, pada umumnya bila harga emas turun – harga saham naik karena dana dari penjualan emas dipasar sebagian lari ke saham. Tidak demikian yang terjadi semalam, harga saham dunia juga jatuh. Semua dana untuk sementara nampaknya lari ke US$.
Apa yang menjadi penyebab kejadian yang tidak biasa ini ?, saya coba telusuri penyebabnya ternyata bermuara di krisis hutang beberapa negara Eropa. Kekhawatiran yang meluas atas krisis hutang dan defisit Yunani, Spanyol, Portugal dan beberapa negara kecil di Eropa Timur telah membuat seluruh pasar dunia mengkawatirkan likuiditas.
Ini yang disebut systemic yang sesungguhnya; bila ada negara yang gagal – maka akan sangat cepat merembet ke negara-negara lain atau institusi keuangan dunia karena piutang mereka yang tidak tertagih, likuiditas yang tersedot dan seterusnya.
Kekawatiran akan likuiditas inilah yang membuat orang memborong US$. Terlepas bahwa US$ sebenarnya juga memiliki masalahnya sendiri – bagaimanapun sampai sekarang US$ masih dianggap sebagai World’s Reserve Currency.
Apakah penurunan ini akan berlanjut ?, untuk sementara mungkin. Tetapi sekian banyak analisa yang saya baca dan analisa saya sendiri – untuk jangka panjang tetap peluang naiknya harga emas lebih tinggi dari peluang menurunnya.
Kejadian semalam mirip dengan kejadian November 2008 yang saya tulis dalam judul “Tahapan Dalam Krisis Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Emas…” ; untuk memudahkan pembaca saya tampilkan lagi ilustrasinya di grafik diatas.
Seperti berlalunya kekawatiran likwiditas US$ pada akhir 2008 tersebut, selepas panik pelaku pasar dan juga negara-negara akan kembali berpikir logis dan harga-harga akan menuju keseimbangan baru. Wa Allahu A’lam.
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License
Read more...
Senin, 01 Februari 2010
Antara Trader Dan Investor, Termasuk Yang Mana Anda…?
Bila grafik pertama (jangka pendek) yang lebih menjadi fokus pertimbangan Anda ketika mengambil keputusan membeli/menjual Dinar atau emas Anda – maka kemungkinan Anda termasuk kategori Trader. Sebaliknya bila grafik kedua yang menjadi pendorong utama keputusan Anda untuk menjual/membeli Dinar – maka kemungkinan besar Anda adalah seorang Investor.
Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 01 February 2010 06:45
Short Term Trend
Bertahun-tahun menjalankan perusahaan publik dan berinteraksi dengan para pemain pasar saham di profesi saya sebelumnya; saya menjadi mudah memahami mana-mana pemain pasar yang Trader dan mana pemain yang Investor. Pemain pasar yang Trader dia tidak fokus pada kinerja riil perusahaan yang sahamnya diperdagangkan, dia lebih fokus pada fluktuasi harga jangka pendek.
Sebaliknya, pamain pasar yang Investor – dia fokus pada kinerja dan prospek perusahaan dalam jangka panjang; fluktuasi harga sesaat tidak terlalu merisaukannya – bila perusahaan yang sahamnya dia beli memiliki fundamental dan prospek yang bagus dalam jangka panjang. Trader dan Investor keduanya ada di pasar dan tidak ada yang salah dengan keberadaannya, keduanya bisa benar untuk alasannya masing-masing.
Ketika pengalaman dari profesi sebelumnya tersebut saya bawa ke pasar Dinar atau emas, ternyata karakter Trader dan Investor tersebut tetap ada. Pembeli Dinar atau emas yang Trader, dia lebih fokus pada fluktuasi harga sesaat. Sebaliknya pembeli yang investor, dia lebih fokus pada kinerja Dinar/emas dalam jangka panjang.
Long Term Trend
Bedanya dengan para pemain saham yang dulu sering saya jumpai dimana lebih banyak porsi Trader ketimbang Investor, para pembeli Dinar/emas jauh lebih banyak porsi Investor ketimpang para Trader. Sangat kecil porsi pembeli Dinar di GeraiDinar misalnya yang menjual kembali Dinarnya dalam tahun yang sama.
Ingin tahu apakah Anda termasuk kategori Trader atau Investor ? berikut test sederhana-nya dengan data yang riil harga emas dunia yang saya ambilkan dari Kitco.com.
Grafik pertama diatas menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir harga emas menunjukkan kecenderungan menurun. Secara teknis ini diindikasikan oleh apa yang disebut gerakan Lower Highs atau titik-titik tertinggi yang menurun.
Grafik kedua menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir harga emas berkecenderungan meningkat. Secara teknis ini diindikasikan oleh gerakan Higher Highs (titik titik tertinggi yang semakin tinggi) dan kemudian juga dikuatkan Higher Lows (titik titik terendah yang semakin tinggi).
Meskipun kedua grafik kelihatan bertentangan satu sama lain, tetapi keduanya adalah benar. Yang pertama kondisi jangka pendek, sedangkan yang kedua adalah kondisi jangka panjang.
Nah bila grafik pertama (jangka pendek) yang lebih menjadi fokus pertimbangan Anda ketika mengambil keputusan membeli/menjual Dinar atau emas Anda – maka kemungkinan Anda termasuk kategori Trader. Sebaliknya bila grafik kedua yang menjadi pendorong utama keputusan Anda untuk menjual/membeli Dinar – maka kemungkinan besar Anda adalah seorang Investor.
Karena keduanya juga ada di pasar Dinar/Emas, maka GeraiDinar melayani keduanya dengan menyajikan grafik-grafik jangka pendek mulai dari harian, mingguan maupun bulanan sampai grafik jangka panjang tahunan dan sepuluh tahunan.
Dengan tersedianya grafik-grafik yang insyallah selalu ter-up-dated tersebut, Anda akan memiliki informasi yang cukup baik jangka pendek maupun jangka panjang – sebelum Anda mengambil keputusan jual atau beli Dinar/emas.
Berbeda dengan para tenaga penjualan pada umumnya yang selalu mendorong (calon) pembeli untuk secepatnya memutuskan untuk membeli (close deal) ; kami selalu ingin mendorong untuk Anda memahami lebih dahulu segala sesuatu yang terkait produk Dinar/emas yang (akan) Anda beli sebelum Anda memutuskan untuk membeli. Bahkan kami tidak menganjurkan Anda membeli Dinar atau emas ketika Anda masih ragu. Wa Allahu A’lam.
Last Updated on Monday, 01 February 2010 06:53
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Read more...
Sabtu, 23 Januari 2010
HIPERINFLASI di INDONESIA Tahun 1963
HIPERINFLASI tetap tidak dapat dihindari akibat MONEY CREATION yang terus menerus, sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan pemotongan nilai uang dari 1000 rupiah menjadi 1 rupiah. Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis dalam sekejab. Para nasabah perbankan juga gigit jari akibat nilai dana simpanannya juga menciut 1/1000. Segala usaha pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam inflasi, dan harga tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah HIPERINFLASI.
Ada yang mempertanyakan mengapa ekonomi terpuruk hanya karena nilai mata uang yang berubah? Itulah masalahnya karena banyak uang beredar terlalu besar akibatnya menurunkan nilai mata uang itu sendiri. Tetapi lain bagi pemilik emas, harganya masih tetap stabil, ketika rupiah terpuruk dari 1 USD menjadi 20.000 rupiah, maka harga emas akan semakin membumbung tinggi , jika melakukan jual beli didalam negeri. Silahkan anda renungkan……bagaimana kekuatan emas ini….saat itu….saat HIPERINFLASI terjadi.
Ditulis oleh logammulia di/pada November 12, 2008
Pada tahun 1963 Gubernur bank sentral ditetapkan sebagai sebutan Menteri urusan bank sentral, pada waktu itu segala urusan kebijakan moneter ditetapkan oleh Menteri urusan bank sentral dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Waktu itu aksi-aksi militer guna memadamkan pemberontakan didaerah makin menggerogoti anggaran pemerintah, diperbesar lagi adanya propaganda politik misalnya, pemberontakan Irian barat, konfrontasi dengan Malaysia, pembangunan proyek2 mercusuar dan lain sebagainya, yang akibatnya menimbulakn defisit bagi negara semakin parah. Defisit negara yang semula pada tahun 1955 sebesar 14% membengkak menjadi 175%. Sehingga untuk menutupinya pemerintah melakukan MONEY CREATION yang mengakibatkan inflasi makin tinggi.
Tingginya laju inflasi ini mnegikis tingkat suku bunga riil para deposan, bahkan menjadi negatif. Akibatnya banyak bank yang menggunakan uang nasabah dimasukkan ke institusi luar yang returnnya lebih tinggi termasuk perdagangan komoditas yang untungnya jauh lebih besar. Sehingga BI memberi aturan tegas bagi bank2 di Indonesi agar uang tidak lari keluar guna menjaga likuiditas dalam negeri. Sifatnya adalah membatasi ruang gerak dan peningkatan permodalan. Pemerintah memberikan aturan bahwa seluruh saldo bank2 swasta harus dipindahkan ke rekening bank2 pemerintah. Untuk itu pemerintah mengharuskan bank2 swasta menambah jumlah modal sebesar 25 JUTA rupiah.
Namun HIPERINFLASI tetap tidak dapat dihindari akibat MONEY CREATION yang terus menerus, sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan pemotongan nilai uang dari 1000 rupiah menjadi 1 rupiah. Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis dalam sekejab. Para nasabah perbankan juga gigit jari akibat nilai dana simpanannya juga menciut 1/1000. Segala usaha pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam inflasi, dan harga tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah HIPERINFLASI.
Perlu diketahui bahwa gejala HIPERINFLASI ini dulu juga dimulai dengan menguatnya nilai tukar USD SEPERTI SEKARANG YANG TERJADI. Dimana USD menguat takterkendali, padahal RESESI EKONOMI terjadi di negara yang mengeluarkan uang USD tersebut. Waktu itu Indonesia amat bergantung pada IMPORT sehingga bahan2 baku dan baran di Indonesia meningkat tak terkendali, suku bunga bank meroket 90% guna mengurangi likuiditas yang terlalu besar beredar di masyarakat. Dunia usaha macet, banyak penganguran dimana-mana, GDP minus, banyak orang frustasi.
Ada yang mempertanyakan mengapa ekonomi terpuruk hanya karena nilai mata uang yang berubah? Itulah masalahnya karena banyak uang beredar terlalu besar akibatnya menurunkan nilai mata uang itu sendiri. Tetapi lain bagi pemilik emas, harganya masih tetap stabil, ketika rupiah terpuruk dari 1 USD menjadi 20.000 rupiah, maka harga emas akan semakin membumbung tinggi , jika melakukan jual beli didalam negeri. Silahkan anda renungkan……bagaimana kekuatan emas ini….saat itu….saat HIPERINFLASI terjadi.
Read more...
Cara Obama Hadapi Keresahan AS atas Dana Talangan Bank
"Kita harus menyelamatkan sistem keuangan yang bisa saja menjadi lebih buruk. Kita harus menempuh langkah tersebut awal tahun ini guna menstabilkan kondisi ekonomi," jelas Obama dalam wawancaranya dengan ABC News.
Kamis, 21 Januari 2010 | 16:36 WIB
AFP
Barack Obama
WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Barack Obama mengakui terdapat keresahan masyarakat di AS sehubungan dengan dana talangan bank. Namun, Obama meminta masyarat AS harus optimistis terhadap prospek ekonomi di AS tahun ini.
"Kita harus menyelamatkan sistem keuangan yang bisa saja menjadi lebih buruk. Kita harus menempuh langkah tersebut awal tahun ini guna menstabilkan kondisi ekonomi," jelas Obama dalam wawancaranya dengan ABC News.
"Dan saya senang melihat ekonomi yang kembali bertumbuh saat ini. AS dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang lebih baik tahun ini," tutur Obama. "Namun, hal ini belum dapat meredam rasa amarah dan frustasi masyarakat AS."
Seorang pejabat senior di Washington menerangkan rencana Obama untuk memohon dukungan wewenang lebih tinggi bagi Pemerintah AS dalam membatasi kemampuan institusi keuangan besar untuk terlibat transaksi yang berisiko besar. Dewan Perwakilan Rakyat AS telah menyetujui pembatasan transaksi tersebut dan Senat sedang menyusun regulasi perbankan baru untuk menyikapi masalah ini.
Read more...
Rabu, 13 Januari 2010
Historic and Current Hyperinflation From Across the Globe ....
Angola (1991-1999) ;Argentina (1975-1991) ;Austria (1921-1922)
Belarus (1994-2002) ;Bolivia (1984-1986) ;Brazil (1986-1994) ;Bosnia-Herzegovina (1993)
Chile (1971-1973) ;China (1939-1950)
Free City of Danzig (1923) ;Ecuador (2000);England ;Greece (1944-1953)
France (1789-1797) ; Georgia (1995) ;Germany (1923-1924, 1945-1948)
Greece (1944-1953) ; Hungary (1922-1924, 1944-1946)
Israel (1979-1985) ; Japan (1944-1948); Krajina (1993) ; Madagascar (2004)
Mexico (2004) ; Mongolian Empire (13th and 14th Century AD) ; Nicaragua (1987-1990)
Persian Empire (1294) ;Peru (1984-1990) ;Poland (1922-1924, 1990-1993)
Romania (2000-2005) ; Ancient Rome ; Russia (1921-1922, 1992-1994)
Taiwan (late-1940's) ; Turkey (1990's) ; Ukraine (1993-1995) ; Yap (late 1800's)
Yugoslavia (1989-1994) ; Zaire (1989-1996) ; Zimbabwe (1999 - present)
Seberapa besar hiperinflasi yang terjadi di negara-negara tersebut di atas? KLIK di SINI....
Sejarah terus berulang .....
Hyperinflasi menyebabkan nilai uang kertas menjadi tidak berharga....
Saat ini masih bisa terasakan kejadian Zimbabwe...
Zimbabwe FAQ – why the hyperinflation? how do they fix it?
Why is Zimbabwe currently experiencing hyperinflation?
Zimbabwe is currently experiencing an inflation rate of over 7600% per annum. The crisis started in 2000 when the Zimbabwean government effectively destroyed their agricultural industry by displacing farmers from their lands.
Zimbabwe’s economy immediately went into recession and inflation began to rise.
So what did the Zimbabwean government do to try and correct this problem?
They printed more currency.
Why did they do that?
They had salaries to pay, projects to finance, things to buy. Just like everyone else they were suddenly faced with the crisis of having to pay much more for things, and they didn’t have enough, so they printed more money to cover it.
Is printing money a problem? Don’t governments do that all the time?
The reserve bank of a country prints currency. Current economic theory holds that an independent reserve bank is superior to a state owned bank. Independence means that they set monetary policy (without political interference) and they decide how much currency to print.
A prudent reserve bank will take care not to grow the money supply (physical currency) at a rate above the CPI inflation rate.
Zimbabwe’s Reserve Bank is state owned and the Governor, Dr Gideon Gono, has been ordered by Mugabe (on an ongoing basis over the years since 2000) to print amounts of currency that grow the money supply at a rate well over Zimbabwe’s inflation rate. Mugabe has in fact stated recently (in July 2007) that Zimbabwe will continue this practice of printing more currency as and when required.
This practice has led to hyperinflation.
How does printing more money cause hyperinflation?
Whenever money supply is increased (without a corresponding increase in the overall economy), the currency is debased. In other words, it loses value. So the cost of goods rise to counter this loss of value. If the supply of money increases above the inflation rate, the rate of inflation increases too.
Zimbabwe has been printing trillions of additional Zim dollars at a time when their economy has actually been contracting (quite rapidly). The punitive regulatory measures that Mugabe has imposed on traders (ordering that they fix their prices) has served only to increase the rate at which Zimbabwe’s economy contracts. So you have an ever increasing amount of currency chasing an ever shrinking amount of goods.
Why don’t they simply stop printing money?
If they do that, they won’t be able to pay government workers’ salaries which were recently hiked by 300% (which was an insufficient increase). They’ll default on all the things they have to pay for and they don’t want to deal with that scenario. They prefer to inflate their way out of their crisis.
Zimbabwe will immediately enter a deep depression if currency growth halts. Arguably, they are in one already, but they can still buy things with Zim dollars. If money supply growth is frozen, people simply won’t have enough currency to buy anything anymore.
If people cannot afford to buy anything, won’t prices come down?
Yes, but there are other problems. Mugabe has regulated the economy by barring businesses from raising their prices and in fact ordered them (in July 2007) to reduce prices by 50%, in an attempt to rein in inflation.
It is a losing proposition to businesses, so their alternatives have been to either defy Mugabe or to cease trading. Those who choose to defy him, are arrested. So damage is being done to whole business sectors and their supply chains. Whole industries will be wiped out if they are not free to set prices rationally.
That is the greater danger, that when the time comes that rational economic policies are applied, there will be no businesses left to respond. Confidence would have been completely lost and it will be difficult to lure the major chains back. Frankly, I don’t see a ZANU-PF government ever enjoying confidence again. Unless the people of Zimbabwe elect a new party to govern, Zimbabwe will not recover. They will remain a crippled country.
So what is the best strategy forward for Zimbabwe?
That’s the trillion dollar question. However, we do have Bolivia as an example. In 1985, they eliminated hyperinflation within a few months by enacting the following measures:
* they linked their currency to a stable foreign currency (in their case, the United States dollar)
* they froze government spending
* they stopped printing currency
* they lifted all price controls
* they deregulated their economy
Zimbabwe will most likely have to do all that and more. They could link their currency to the South African Rand like Namibia has done. The Namibian dollar is linked 1:1 to the Rand.
Zimbabwe also has to rebuild their agricultural sector.
Sources:
Bolivia
TIMELINE: Chronology of Zimbabwe’s economic crisis
A non-currency country
The World’s Greatest Unreported Hyperinflation
Read more...
Zimbabwe Hyperinflation : Pemotongan Nilai Uang Kertas oleh Hantu Inflasi .....
Soon, very much like Zimbabwe, 3 eggs will cost US$ 100 billion. All of us will no doubt be Trillionaires. But we probably cannot afford breakfast. All our hundreds of thousand of dollars of savings, will not buy us chicken shit ! Hyper-inflation destroys savings !
So what’s not to like about Gold ?
How to Destroy a Country .....
by Tom Palmer on July 8, 2008
When you create this
and this.....?
and get this....
I saw something similar in Belgrade during the hyper inflation they experienced under Milosevic. Mounds and mounds of soggy paper notes in “wishing wells,” as people tossed in big handfuls of nearly worthless notes of high denomination. But even that hyper inflation has been greatly surpassed by the astonishing hyper inflation in Zimbabwe, which seems to have attained the status of all-time record for currency depreciation through inflation. [Note correction from Slavisa in the notes.]
Note the expiration dates on the new “Special Agro-Cheques”: “Pay to the bearer on demand twenty five billion dollars on or before 31st December 2008″
Read more...
Senin, 11 Januari 2010
Banjir Dollar 2010 : Apa Dampaknya Pada Harga Emas Dunia…?
Melonjaknya jumlah Uang US$ di pasar tahun ini, yang kemungkinan besarnya jika tidak diikuti oleh kenikan out put sektor riil yang sepadan – akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa secara significant – dalam satuan mata uang US$.
Harga emas internasional selama ini masih dibeli (dinilai) dengan US$; maka harga emas dalam US$ juga akan mengalami kenaikan yang siginificant sepanjang tahun ini sejalan dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya.
Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 11 January 2010 08:19
Equity of Exchange
Hari ini ada tulisan menarik di harian Republika (11/01/10) dengan judul Meraba Likuiditas 2010. Dalam tulisan ini antara lain dikutip pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani beberapa waktu lalu yang menyatakan bahwa tahun 2010 akan diwarnai ‘banjir’ Dollar AS dalam jumlah yang sangat besar, mencapai US$ 2.4 trilyun !.
Saya berasumsi bahwa sebagai Menteri Keuangan, Ibu Menteri tentu tidak sembarang mengeluarkan pernyataan. Pernyataannya sudah seharusnya didasari oleh pengetahuan yang sangat dalam dan di support oleh team yang juga sangat menguasai bidangnya. Maka saya dalam tulisan ini menganggap pernyataan tersebut sebagai prediksi yang peluang kebenarannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peluang kelirunya.
Dengan asumsi bahwa benar tahun 2010 Dollar AS akan membanjiri pasar internasional, lantas apa dampak ‘banjir’ Dollar tersebut pada harga emas dunia ?. Untuk menjawab pertanyaan ini saya menggunakan Teori Kwantitas yang terkenal dengan equation of exchange-nya seperti dalam rumus diatas.
M adalah jumlah uang yang beredar, berdasarkan pernyataan Ibu Menteri tersebut diatas, maka M inilah yang akan melonjak tinggi di tahun ini 2010. V adalah kecepatan uang berputar, para ahli secara umum meragukan akan ada perubahan yang berarti karena ekonomi secara global sesungguhnya belum benar-benar pulih dari krisis sejak tahun lalu.
Karena V yang tidak berputar lebih cepat dari sebelumnya, out put sektor riil berupa barang dan jasa (Q) juga tidak akan banyak berubah. Bila dalam satu persamaan, sisi kiri melonjak tajam – maka sisi kanan juga akan mengikuti. Karena satu unsur di sisi kanan akan relatif tetap (Q), maka tinggal satu unsur lagi disisi kanan yang bisa mengimbangi kenaikan M di sisi kiri. Unsur ini adalah P atau tingkat harga barang-barang dan jasa secara umum.
Jadi melonjaknya jumlah Uang US$ di pasar tahun ini, yang kemungkinan besarnya tidak diikuti oleh kenikan out put sektor riil yang sepadan – akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa secara significant – dalam satuan mata uang US$.
Harga emas internasional selama ini masih dibeli (dinilai) dengan US$; maka harga emas dalam US$ juga akan mengalami kenaikan yang siginificant sepanjang tahun ini sejalan dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya.
Harga emas pada pembukaan di pasar Sydney pagi ini yang melonjak sampai angka US$ 1,156.90/Oz bisa jadi adalah bagian dari symptoms ‘banjir’ Dollar AS tersebut diatas. Wa Allahu A’lam.
Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Read more...
Kamis, 07 Januari 2010
Cadangan Devisa Sulit Capai US$ 100 Miliar
Menggelembungnya cadangan devisa bukan disebabkan oleh aspek fundamental ekonomi, seperti ekspor. Menurut para ekonom, besar kecilnya cadangan devisa saat ini lebih banyak ditentukan oleh aliran duit panas milik investor asing di instrumen keuangan, yang biasa disebut hot money. Sumber cadangan devisa lainnya adalah utang luar negeri, baik milik pemerintah maupun milik swasta
JAKARTA. Para ekonom menilai, tidak realistis apabila pemerintah mengharapkan nilai cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 100 miliar. Menurut para ekonom, besar kecilnya cadangan devisa saat ini lebih banyak ditentukan oleh aliran duit panas milik investor asing di instrumen keuangan, yang biasa disebut hot money.
Sumber cadangan devisa lainnya adalah utang luar negeri, baik milik pemerintah maupun milik swasta. Jadi, menggelembungnya cadangan devisa bukan disebabkan oleh aspek fundamental ekonomi, seperti ekspor.
Karena terlalu bergantung pada arus modal jangka pendek, cadangan devisa rawan tertekan jika investor tiba-tiba menarik uangnya ke luar. Jadi, besar kecilnya cadangan devisa sangat ikut dipengaruhi kondisi politik dan ekonomi.
Penilaian ini merupakan tanggapan ekonom atas pidato Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun 2010. Dalam acara tersebut, SBY menyatakan keinginannya agar cadangan devisa ditingkatkan jadi US$ 100 miliar.
Presiden menilai, dengan indikator ekonomi yang kian membaik, cadangan devisa bisa diangkat hingga angka tersebut. "Cadangan devisa kita saat ini sekitar US$ 65 miliar, seharusnya bisa
US$ 100 miliar," kata SBY.
Aviliani, ekonom INDEF, mengingatkan, pemilik hot money sangat sensitif terhadap situasi politik dan ekonomi. Bila suhu politik mulai panas, pemilik uang dari negeri lain bakal mencairkan kembali aset mereka. "Cadangan devisa bakal tertekan lagi," ujarnya.
Pengamat ekonomi dari Pusat Studi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir juga menilai, target cadangan devisa senilai US$ 100 miliar terlalu muluk. Revrisond mengingatkan, ekspor Indonesia bisa terganggu oleh pelaksanaan kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN dan China yang berlaku mulai 1 Januari 2010 lalu.
Revrisond menyarankan, bila serius mau menambah cadangan devisa, maka pemerintah harus menghilangkan ketergantungan terhadap hot money, dan utang luar negeri, serta memaksimalkan pendapatan ekspor dari produk yang bernilai tinggi.
Tapi, kalaupun itu terlaksana, Revrisond memperkirakan cadangan devisa tetap tak bisa mencapai US$ 100 miliar, paling tinggi hanya US$ 75 miliar-US$ 80 miliar.
Ruisa Khoiriyah, Roy Franedya KONTAN
Read more...
BI Defisit : 2009 Rp 1 Triliun ; 2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun
Tahun 2010 ini, BI memperkirakan neracanya bisa mencatat defisit hingga mencapai Rp 22,18 triliun, membengkak berlipat-lipat dari nilai defisit tahun lalu. Besarnya defisit tersebut masih disebabkan oleh mahalnya ongkos moneter BI.
Rabu, 06 Januari 2010 | 08:09
ANGGARAN BI 2009
JAKARTA. Anggaran Bank Indonesia (BI) tahun 2009 mengalami defisit sebesar Rp 1 triliun. Nilai defisit ini sedikit lebih kecil dari angka yang diproyeksikan sebelumnya.
"Posisi neraca akhir tahun kurang lebih sebesar Rp 1 triliun seperti proyeksi beberapa bulan terakhir," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo kepada KONTAN, pekan lalu.
Dalam proyeksi di awal tahun 2009 lalu, BI memperkirakan tahun 2009 anggaran tahunan BI (ATBI) akan mencatat defisit sebesar Rp 1,905 triliun. Defisit sebesar itu banyak disebabkan oleh membengkaknya ongkos operasi moneter BI yang tercantum dalam anggaran kebijakan. Dalam ATBI, anggaran kebijakan BI yang meliputi operasi moneter untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan inflasi sepanjang tahun ini mencapai Rp 18,33 triliun. Sedangkan anggaran operasional diperkirakan defisit Rp 16,42 triliun.
Namun, berapa persisnya defisit dari masing-masing pos anggaran tersebut, Ardhayadi masih belum bisa mengungkap. Yang sudah pasti, nilai defisit total dari neraca BI turun tipis menjadi Rp 1 triliun.
Biaya terbesar BI adalah ongkos kebijakan untuk operasi moneter termasuk di antaranya adalah pembayaran bunga dari instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sepanjang tahun 2009 ini, duit parkir di instrumen tersebut memang cukup tinggi. Tak hanya asing yang menempatkan duitnya di instrumen moneter, kalangan perbankan juga semakin rajin menempatkan likuiditas berlebihnya di SBI. Bunga SBI saat ini sekitar 6,5%. Dalam catatan Ardhayadi, nilai SBI sampai awal November lalu sudah mencapai Rp 280 triliun.
Tahun 2010 ini, BI memperkirakan neracanya bisa mencatat defisit hingga mencapai Rp 22,18 triliun, membengkak berlipat-lipat dari nilai defisit tahun lalu. Besarnya defisit tersebut masih disebabkan oleh mahalnya ongkos moneter BI. BI mengaku masih terus mencari upaya untuk menekan biaya SBI dengan langkah pengurangan SBI. Saat ini BI masih terus melakukan dialog dengan Departemen Keuangan untuk mengganti SBI dengan SBN sebagai instrumen moneter.
2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pada 2010, angka defisit anggaran BI akan lebih besar di tahun ini. Hal itu akan terjadi, jika di tahun ini defisit anggaran BI benar-benar akan mencapai Rp 1,905 triliun.
"Tahun depan kami akan hadapi tantangan yang jauh lebih besar. Sehingga, perkiraan defisit anggaran tahunan BI sebesar Rp 22, 41 triliun," kata Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam Rapat Kerja dengan Komisi 11 DPR-RI di Gedung DPR, Senin (16/11).
Defisit yang luar biasa besar itu dipicu oleh defisit anggaran kebijakan di tahun depan sebesar Rp 37,40 triliun. Perlu diketahui, anggaran kebijakan BI ini mencakup biaya operasi moneter untuk menjaga stabilitas inflasi dan Rupiah.
Darmin menjelaskan, menjaga stabilitas moneter merupakan tugas utama bank sentral. Dus, berapapun biaya yang dibutuhkan untuk keperluan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. "Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang," katanya.
Sejatinya, instrumen BI untuk mengendalikan moneter sejauh ini adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). "Ini adalah instrumen moneter yang utama untuk menarik uang dari dan ke masyarakat," jelas Darmin.
Penempatan dana di SBI baik oleh perbankan maupun investor asing akan diganjar BI dengan bunga. Lazimnya, bunga SBI sebesar suku bunga acuan alias BI rate atau sedikit lebih tinggi. Bunga dari SBI yang sangat besar setiap tahunnya itulah, yang harus ditanggung oleh BI menjadi biaya operasi moneter.
Ruisa Khoiriyah
Ruisa Khoiriyah - Harian KONTAN
Read more...
Investasi Emas, Why Not?
Emas dari dulu memang menjadi fenomena yang menarik hati. Memang benar apa yang dilakukan para orang tua jaman dulu yang gemar membeli emas atau tanah dari pada barang lainnya. Karena mereka tahu bahwa harga emas bakal naek terus dari tahun ke tahun. Investasi emas untuk jangka panjang (long term) memang sangat menjanjikan disamping simple juga tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus untuk menjalankannya. Sama halnya dengan investasi tanah. Kendalanya mungkin pada keamanan penyimpanan emas itu sendiri, apakah di simpan di rumah atau di bank (Safe Deposit Box Bank). Perjalanan harga emas dari tahun ke tahun sangat fantastis, tahun 1998 harga emas per gramnya mencapai Rp 25,000,-, tahun 2004 sudah mencapai Rp. 90,000,-, sedangkan sekarang harga per gramnya per tanggal 29 Mei 2008 sudah mencapai Rp. 279,000,-. Memang harga emas belakangan ini sempat naik turun akibat fluktuasi harga minyak dunia. Ya, setidaknya kita perlu jeli untuk memanfaatkan peluang berinvestasi emas mengingat kondisi tersebut.
Kenapa Emas?
TEORI INVESTASI
Jangan Taruh semua Telor dalam satu keranjang. Pastikan investasi anda berada dalam beberapa instrumen invesatsi anda selain tanah, saham, obligasi, dan emas tentunya.
SEJARAH BERKATA
Sejarah membuktikan emas tidak memiliki efek inflasi (ZERO INFLATION EFFECT) dan cendrung stabil dengan nilai yang riil.
TEORI KELANGKAAN (SCARCITY)
Di beberapa negara terjadi penurunan produksi emas, sehingga menimbulkan kelangkaan (scarcity) emas di masyarakat sedangkan permintaan terhadap emas meningkat. Hal ini bisa memicu kenaikan harga emas.
(Ditulis oleh : Gede Suarnaya, dari berbagai sumber)